Sering kita mendengar tentang etanol bukan? Ya, etanol atau yang disebut dengan etil alkohol ini merupakan alkohol murni yang didapat dari hasil fermentasi berbagai bahan makanan. Etanol memiliki banyak fungsi dalam kehidupan sehari-hari sehingga banyak industri yang kini menggunakan etanol mulai dari industri bahan makanan, parfum, kosmetik, kesehatan dan lain sebagainya. Namun tak jarang pula yang mengira jika etanol dan metanol itu sama. Padahal keduanya berbeda meski keduanya serumpun. Nah, apa yang membedakan etanol dan metanol?
Perbedaan etanol dengan metanol
Etanol dan metanol sama-sama disebut dengan alkohol, namun pada kenyataannya keduanya sangat berbeda. Etanol disebut sebagai jenis alkohol yang paling aman, bahkan jika digunakan dengan kadar yang tepat etanol bisa dikonsumsi. Berbeda dengan metanol yang penggunaan sekecil apapun bisa membahayakan tubuh karena memiliki sifat karsinogen yang mampu memicu kanker. Nah, selain hal tersebut, apakah ada lagi ciri yang membedakan etanol dengan metanol?
p>
Jika dilihat dari kelompok senyawa alkohol, perbedaan etanol dengan metanol secara umum bisa diketahui dari rumus kimianya. Metanol dengan rumus kimia CH3OH dan etanol memiliki rumus kimia C2H5OH. Setelah itu perbedaan etanol dengan metanol bisa dilihat juga dari kegunaannya. Adapun berikut kegunaan utama dari keduanya:
- Metanol merupakan cairan bipolar ketika diletakkan pada suhu kamar dan dihasilkan dari sintesis gula dan bakteri. Cairan ini sering disebut spritus. Metanol digunakan sebagai bahan anti beku, bahan bakar, pelarut (misal cat), bahan tambahan etanol di industri dan sintesis organik. Metanol juga digunakan produksi biodiesel lewat reaksi transesterifikasi. Sifat metanol yang beracun kerap dijadikan bahan aditif denaturant untuk etanol yang kemudian diproduksi guna keperluan industri.
- Metanol berbentuk cairan jernih berbau harum namun tak berwarna ketika ditempatkan pada suhu kamar. Etanol didapat dari fermentasi bahan makanan seperti gula, anggur, gandum, dan lain sebagainya dengan bantuan mikroba. Etanol digunakan untuk bahan pelarut (misal pewarna makanan, parfum), pengawet spesimen, desinfektan, pembunuh mikroba dan bahan bakar (campuran bensin atau bioetanol).
Dari ulasan diatas kita bisa simpulkan jika apa membedakan etanol dengan metanol itu adalah pada kegunaannya. Etanol bisa dikonsumsi, sedangkan metanol sama sekali tidak. Selain itu perbedaan mencolok etanol dengan metanol terdapat pada baunya. Baunya mirip hanya metanol memiliki bau sintetis atau kimia yang lebih kuat. Terlepas dari perbedaannya, keduanya memiliki sifat yang sama yakni mudah terbakar dan mudah menguap sehingga dalam penyimpanannya dibutuhkan wadah khusus. Begitu pula untuk pengirimannya.
Proses pembuatan etanol
Membuat etanol bisa dibilang tidaklah mudah. Hal ini tak lepas dari kerumitan prosesnya. Sebelumnya perlu diketahui jika bahan makanan yang digunakan untuk membuat etanol yakni bahan berpati dan bergula. Contoh bahan berpati yakni jagung, ubi jalar, ubi kayu dan lain sebagainya. Sedangkan bahan bergula seperti molase, nira kelapa, nira tebu dan lain sebagainya. Bahan berselulosa juga bisa, contohnya jerami padi, limbah kayu, dan batang pisang.
Inti dari proses pembuatan etanol baik itu proses pembuatan etanol dalam industri maupun rumah ada tiga langkah yakni fermentasi, destilasi dan dehidrasi. Ketiganya akan dijelaskan singkat dibawah ini:
- Fermentasi
Ini merupakan proses produksi dalam sel yang keadaannya anaerobic atau tanpa membutuhkan oksigen. Fermentasi sendiri didefinisikan sebagai respirasi yang terjadi dalam lingkungan anaerobic tanpa menggunakan akseptor elektron eksternal.
- Destilasi
Ini adalah proses pembuangan air dari etanol yang mana kadar airnya masih tinggi. Inti dari proses pembuatan etanol ini adalah memisahkan dua cairan yakni etanol dan air menggunakan perbedaan titik didih dari keduanya. Perlu diketahui, air memiliki titik didih 100 derajat Celcius sedangkan etanol lebih rendah yakni 80 derajat Celcius. Cairan ini kemudian dipanaskan hingga nanti air tinggal dan etanol menguap. Setelah itu uap dari etanol didinginkan agar bisa kembali cair. Proses ini akan menghasilkan etanol dengan kadar 96%.
- Dehidrasi
Proses ini akan menghilangkan air dan menghasilkan etanol hingga kadar 99.5%. Kadar etanol ini bisa digunakan sebagai bahan bakar energi alternatif. Nah, pada proses ini pun masih dibagi lagi menjadi 3 bagian yakni azeotropic distillation, membran pervoration dan molecular sieve.
Sebagai contoh proses pembuatan etanol, dibawah ini Kami berikan ulasan cara atau proses pembuatan etanol dari singkong dan juga proses pengolahan etanol dari molase atau tetes tebu.
- Proses pembuatan etanol dari singkong
Pertama siapkan bahan utamanya yakni singkong. Sebelumnya perlu diketahui jika jenis etanol yang dihasilkan dari singkong atau bahan makanan ini disebut bioetanol. Berikut cara dan langkahnya:
a. Siapkan singkong yang telah dikupas dan dibersihkan
b. Cacah semua singkong hingga berukuran kecil
c. Panaskan bahan baku singkong hingga suhu 90 derajat Celcius. Proses yang dinamakan likuifikasi dan sakarifikasi ini akan membuat pati atau kandungan karbohidrat berupa tepung dalam singkong berkonversi menjadi gula komplex. Ketika ini tepung akan mengental seperti jelly atau disebut gelatinasi. Enzym alfa amylase yang digunakan dalam proses ini akan memecah struktur tepung secara kimia hingga menjadi dextrin atau gula komplex. Proses ini akan selesai dengan berubahnya bubur menjadi cair seperti sup.
d. Selanjutnya proses fermentasi yang akan membuat tepung menjadi gula. Caranya campurkan ragi dan diamkan selama 5-7 hari. Ingat, wadah harus tertutup dan suhu optimum harus pada kisaran 27 sampai 32 derajat Celcius.
e. Sebagai catatan, dalam semua prosesnya mulai pemilihan bahan baku sampai fermentasi usahakan bahan tidak terkontaminasi dengan mikroba lainnya atau bebas kontaminan.
f. Selama proses fermentasi, bahan baku akan menghasilkan etanol dan CO2. Kadar etanol yang dihasilkan pada proses ini baru 7 hingga 10% saja. Kadar etanol pada proses ini akan berhenti pada angka 10% karena ketika itu ragi akan berhenti atau tidak aktif. Hal ini disebabkan karena jika terdapat alkohol berlebih atau lebih dari 10%, maka kelebihan itu akan menjadi racun bagi ragi itu sendiri.
g. Proses penyulingan atau destilasi ini akan memisahkan etanol dengan air. Caranya dengan memanaskan bahan baku hingga 78 derajat Celcius. Ketika ini etanol akan terlebih dulu menguap dan uap tersebut kemudian dialirkan kedalam kondensor agar bisa terkondensasi menjadi cairan. Pada proses ini dibutuhkan operator yang ahli dan peralatan yang berkualitas mengingat pentingnya proses ini.
h. Perlu diketahui, proses destilasi dibagi menjadi dua yakni secara konvensional dan menggunakan destilator modern bertingkat. Keduanya mampu menghasilkan etanol dengan baik, namun untuk destilator konvensional hanya mampu menghasilkan etanol dengan kadar 20-30%. Sedangkan untuk model kolom reflux atau bertingkat dengan 2 kali penyulingan mampu menghasilkan etanol dengan kadar 90-95%.
i. Dehidrasi, Jika etanol yang dibutuhkan kadarnya lebih dari 95%, maka dibutuhkan proses dehidrasi. Pada proses ini kadar etanol akan mencapai 99.9% dan disebut etanol kering.
- Proses pengolahan etanol dari molase
Pada proses pengolahan etanol dari molase hanya terdapat dua tahapan yakni fermentasi dan destilasi. Berikut uraiannya:
a. Siapkan alat yang dibutuhkan untuk pembuatan etanol dari molase yakni drum atau wadah berkapasitas 200L
b. Masukkan ragi serta sodium metabisulfit kedalam wadah. Pastikan ukurannya sebanyak 10% saja dari volume molase. Diamkan seharian dan biasanya nanti akan muncul gelembung. Proses fermentasi akan selesai jika larutan tersebut tak lagi bergelembung.
c. Molase yang telah selesai difermentasi kemudian dipanaskan pada tungku selama kisaran 3 jam. Pada proses destilasi pertama kadar alkohol yang muncul yakni kisaran 30-35%. Sedangkan tahap kedua kadar alkohol meningkat pada angka 70-80%. Barulah nanti destilasi tahap 3 dengan penambahan sodium 2 kg akan menghasilkan 20 L etanol dengan kadar 90%.
Proses pembuatan etanol dalam industri
Proses pembuatan etanol secara sintesis kimia dimulai pada tahun 1826. Kemudian dua tahun setelahnya Michael Faraday berhasil membuat etanol dari proses hidrasi etilena yang dikatalis oleh asam. Nah, proses pembuatan etanol dalam industri masa kini mirip dengan proses pembuatan etanol pada jaman Michael Faraday.
Pada intinya proses pembuatan etanol dalam industri sama dengan proses secara konvensional. Perbedaannya terdapat pada jumlah etanol yang diproduksi dan alat yang digunakan. Pembuatan etanol dalam skala industri umumnya menggunakan alat yang lebih canggih seperti penggunaan alat destilasi model kolom reflux atau bertingkat. Hal ini berkaitan dengan hasil yang didapat. Model destilasi secara konvensional hanya mampu mendapatkan etanol dengan konsentrasi 20-30%, sedangkan dengan model kolom reflux bisa meningkatkan kadar hingga 95%.
Peningkatan kadar ini tentu saja sangat menguntungkan, khususnya bagi industri etanol itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui, saat ini kebutuhan akan etanol kian meningkat, khususnya untuk etanol dengan kadar 60% keatas karena keefektifannya dalam membunuh mikroba yang telah diakui oleh WHO. Meski pandemic telah usai, namun protokol kesehatan tentulah harus terus dijalankan, yang artinya kebutuhan atau permintaan etanol dalam dunia kesehatan pun juga kian tinggi.
Etanol berbeda dengan metanol. Meskipun sama-sama senyawa alkohol, namun keduanya memiliki porsi yang berbeda dalam penggunaannya untuk keseharian. Etanol disebut lebih aman sedangkan metanol mengandung racun sehingga berbahaya jika terhirup atau bahkan terminum.
Pentingnya etanol untuk keseharian
Etanol juga memiliki peranan penting di berbagai industri mulai dari bahan makanan, parfum hingga kesehatan. Namun tak hanya itu, etanol juga disebut sebagai solusi bahan bakar yang tak akan pernah habis. Ya, sebagaimana kita ketahui jika bahan bakar fosil dari waktu ke waktu akan terus menipis, oleh karena itu dibutuhkan terobosan baru untuk mengatasinya.
Etanol atau bioetanol bisa menjadi salah satu solusi terbaik dalam mengatasi hal ini. Penggunaan etanol atau bioetanol tidak akan pernah habis seperti bahan bakar fosil. Intinya selama matahari masih bersinar, oksigen berlimpah dan air tersedia, kebutuhan akan bioetanol ini akan bisa tercukupi atau tak akan pernah habis.
Di Indonesia sendiri proses pembuatan etanol skala industri telah berjalan dengan sangat baik. Apalagi dengan dukungan tanah Indonesia yang sangat subur untuk bahan baku etanol seperti jagung, tebu dan singkong. Permintaan etanol yang kian tinggi dan didukung dengan sumber daya alam yang mumpuni tentu ini bisa menjadi kabar baik untuk peningkatan ekonomi Indonesia.